Best Nine Photos

Wong Banaspati, Sang Penjaga Gunung Lawu

9:30 pm

Perjalanan menuju puncak, untuk mendapatkan gemilang cahaya dan mengukir cita, seindah asa.

Sebuah kebetulan yang menarik, saya membaca buku Aroma Karsa tepat setelah saya menuruni Gunung Lawu, gunungnya para Banaspati. Pada saat melakukan pendakian, saya tidak tahu (dan tidak mencari tahu), tentang nama-nama tempat dan atau cerita rakyat yang datang dari masyarakat sekitar lereng gunung ini. Hanya nama 'Pos Pendakian Cetho' dan 'Puncak Hargo Dumilah' saja yang ada di otak saya pada waktu itu. Mengandalkan pengetahuan orang lain yang ada di team, saya dengan pede mengikuti pendakian ini. Berdasarkan info sih beberapa dari mereka ada yang sudah pernah mendaki ke gunung ini. Bodoh memang, hehehe, tidak patut ditiru. 

Lalu apa hubungannya dengan  buku Aroma Karsa? Sedikit spoiler ya, he he.
Buku ini menceritakan tentang Jati, seorang manusia yang memiliki kemampuan penciuman yang sangat tajam. Kemampuannya ini jauh diatas rata-rata manusia lainnya. Dia bisa mencium bau dan mengidentifikasikannya secara detail satu persatu, bahkan dari jarak jauh sekalipun. Singkat cerita, setelah ia melalui perjalanan hidup yang sedemikian rupa, ia menyadari bahwa dirinya bukanlah seorang manusia, melainkan makhluk keturuan Wong Banaspati, Sang Penjaga Gunung Lawu. Di dalam buku itu diceritakan beberapa tempat di Gunung Lawu sebagai latar belakang cerita yang seharusnya sudah menjadi nama-nama yang lazim di kuping saya, tapi nyatanya tidak. Tempat yang diceritakan yaitu Pasar Setan, Dwarapala, Alas Kalingga, dan Harga Dumilah 

Kalau saja saya lebih dahulu tahu tentang cerita-cerita ini dan tahu tentang sejarah gunung ini, dapat dipastikan perjalanan mendaki saya kemarin akan lebih menarik sekaligus mencekam. Iya, siapa pula yang tidak takut mendengar kata-kata Pasar Setan. By the way, pendakian ini adalah pendakian ke tiga saya, sebelumnya saya sudah pernah mendaki Gunung Gede Pangrango dan Gunung Papandayan. Tapi ntah kenapa pendakian kali ini rasanya persiapan saya terlalu santai dan terkesan tak acuh terhadap situasi dan kondisi perjalanan. Seperti yang saya sebutkan diatas, riset lapangan semua saya percayakan kepada teman-teman tim pendakian. 

Meski terkesan tak acuh, saya sangat memperhatikan logistik yang saya bawa saat mendaki dan memperhatikan informasi pos juga loh. Berbekal ilmu mountaineering dari organisasi pecinta alam sewaktu SMA, saya berhasil memasukkan semua logistik saya kedalam satu tas 40L. Kecil ya, beruntunglah saya mendaki bersama banyak lelaki bujang yang bugar-bugar badannya. Di dalam tas 40L itu tentu saja tidak ada tenda, semua tenda di bawa oleh laki-laki. Sebenarnya kurang lebih isi  tas para wanita ya hanya logistik pribadinya ditambah dengan beberapa logistik kelompok yang ringan. Untunglah saya mendaki bersama mereka, teman-teman dari tim Adidas, yang tidak memandang saya sebagai wanita yang harus kuat bawa barang banyak hanya karena saya pernah menjadi anggota pecinta alam. Coba kalau saya berangkat sama geng pecinta alam SMA, habis di maki-maki karena lemah saya hehe (dan kemungkinan besar saya tidak bawa tas 40L, tapi 70L)

Pendakian ini termasuk pendakian yang sangat melelahkan. Trek yang panjang dan undakan yang lumayan tinggi membuat kami semua hampir menyerah di pos 4. Kami berangkat dari pos Candi Cetho jam 9 pagi dan jam 8 malam kami baru sampai di pos 4. Bayangkan betapa payahnya kami saat itu. Cuaca kemarau pun sangat mempengaruhi perjalanan kami. Jalur yang sangat berdebu dan angin yang kering menyulitkan kami untuk bernafas dan melihat sehingga kami memang harus ekstra hati-hati dalam perjalanan kemarin. Tidak ada yang istimewa di pos 1, istirahat solat makan di pos 2, lalu kembali istirahat solat ashar (tanpa makan) di pos 3, dan kemudian kelelahan di pos 4. Jam 8 malam ini kami semua kedinginan karena angin yang berhembus memang sangat kencang, kering dan dingin, maklum posisi pos 4 ini ada di punggungan gunung. 

Melihat kondisi tim yang sudah sangat kepayahan dan pos 4 tidak lagi menyediakan lahan untuk membuka tenda, akhirnya ketua pendakian memutuskan untuk membagi tim menjadi dua. Bagi laki-laki yang masih kuat untuk melanjutkan pendakian, ditugaskan untuk menjadi tim pendahulu supaya mereka dapat mendirikan tenda terlebih dahulu di pos 5. Sedangkan sisanya tetap istirahat di pos 4. Pada saat itu saya termasuk tim yang memilih beristirahat lebih lama. Di pos ini kami mengeluarkan beberapa logistik untuk membuat minuman hangat supaya jiwa tetap fokus dan raga tetap waras. 

Jujur saja, saat ketua pendakian akhirnya memberi instruksi untuk melanjutkan pendakian, rasanya saya ingin menangis karena saking lelahnya. Tapi karena di pos 4 dinginnya bukan main, saya lebih memilih menggerakkan badan dibandingkan harus tetap berdiam disana. Pada saat itu kaki rasanya seperti melangkah secara tidak sadar, terus saja melangkah padahal sudah lelah. Perjalanan menuju pos 5 ini adalah perjalanan paling melelahkan diantara perjalanan antar pos sebelumnya. 

eh, sebentar, kenapa jadi berlanjut cerita pendakian ya haha. 
Lanjut sajalah, sudah tertulis banyak.

Kami pada akhirnya, setelah perjuangan panjang, pada pukul 11 malam tiba di pos 5. Kami disambut hangat oleh rekan-rekan tim pendahulu. Ibarat menemukan harta karun paling berharga, perasaan saya sangat bahagia saat itu. Finally, ada tenda untuk sambat dan istirahat, hehe. Tidak lagi terfikir untuk menikmati langit malam atau api unggun. Saya lebih memilih langsung ambil sleeping bag lalu tidur. Keesokan pagi-nya baru menyesal, karena pasti milky way ada ditangan kalau tidak malas-malasan. 

Nah, perjalanan setelah pos 5 menuju puncak inilah yang seharusnya bisa saya maknai lebih dalam apabila saya tahu cerita-cerita rakyat tentang Pasar Setan dan Harga Dalem. Kira-kira apa ya yang akan saya rasakan apabila ketika saya melewati Pasar Setan tiba-tiba terdengar ramai suara orang padahal tidak ada siapa-siapa, hii, menyeramkan. Menurut info dari bapak sih tidak semua orang bisa mendengarkan suara ini, tapi katanya banyak juga saksi yang 'beruntung' bisa mendengarkan suasana pasar disana. Berdasarkan cerita di situs-situs, kalau ada pendaki yang mendengar 'sesorang' bertanya "mau beli apa nduk?" di area Pasar Setan, pendaki ini harus menyebutkan suatu barang seolah-olah memang hendak membeli sesuatu, ntah itu rumput, daun dan atau tanah. Setelah itu pendaki sebaiknya melempar berapapun uang ke arah datangnya suara. Hii, serem. Alhamdulillah saya tidak menjadi salah satu orang yang 'beruntung' ya hehe, wong waktu saya mendaki kesana saya tidak tahu ada tempat yang namanya Pasar Setan, jadi ndak berekspektasi macem-macem. 

Bersyukur saya mendaki Gunung Lawu sebelum membaca Aroma Karsa, selain karena imajinasi lokasi jadi terasa lebih riil, saya juga gak perlu repot-repot ketakutan sama Pasar Setan he he he. Karena saya baru saja turun dari Gunung Lawu, deskripsi gunung yang disuguhkan oleh Dee jadi terbayang lebih jelas. Menyenangkan!

Semoga di lain waktu saya bisa kembali kesana dan bertemu Wong Banaspati yang tampan. Kalau dijadikan suami, bisa-bisa anak saya jago tarung dan jago nyium hehe. Nyium wewangian loh maksudnya. Tadi belum sempat bahas Wong Banaspati ya? Kalau di buku Aroma Karsa, Wong Banaspati itu makhluk penjaga Gunung Lawu atau lebih tepatnya Alas Kalingga. Kalau di artikel-artikel populer yang saya baca, ada yang menggambarkan Banaspati sebagai siluman, dewa kerusakan, lambang kesuburan, dan banyak deskripsi lainnya. Sepertinya saya harus banyak baca referensi lainnya untuk memastikan Banaspati itu makhluk apa. Saya sih lebih menyukai deskripsi Wong Banaspati yang disuguhkan oleh Dee, lebih menyenangkan, karena Wong Banaspati versi Dee bisa loncat jarak jauh dan lari gaya naruto (plus tampan dan berani)

Sepertinya cukup sampai disini ceritanya. Semoga di jurnal selanjutnya saya bisa memilih judul yang lebih cocok dan menyenangkan. 

Terimakasih Allah, karena telah menciptakan gunung-gunung yang indah,
Terimakasih Adidas, karena sudah berkenan menampung saya dalam perjalanan kemarin,
Terimakasih Dee Lestari, buku Aroma Karsa-nya indah sekali, saya tunggu buku selanjutnya!
Terimakasih Fadel, karena bikin saya excited baca gara-gara ternyata dirimu baca buku yang sama di saat yang sama.





You Might Also Like

1 comments

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif : arena-domino.net
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete

SUBSCRIBE


unemenel

unemenel