TRAVELS

Lombok and It's Beauty: Sembalun

9:32 pm




29 Januari 2015 [14.01 WITA]

Sembalun dengan hawanya yang sejuk menyambut kita dengan sendu karena kabutnya yang tebal. Waktu itu une dan keluarga berencana untuk naik ke Gunung Rinjani dan menikmati indahnya Danau Segara Anak dari Pelawangan sana. Tapi karena Taman Nasional Gunung Rinjani a.k.a TNGR ditutup mulai tanggal 10 Januari 2015-31 Maret 2015, akhirnya kita nggak jadi naik. Setelah beberapa orang nanya ke une
"Kenapa ga cek di internet dulu tentang penutupan TNGR?"
jawabannya selalu sama
"Guys, kita pesen tiket sejak November 2014 dan waktu bapakku naik rinjani tahun 1994, beliau mendakinya bulan Februari, so, kita nggak menyangka kalau TNGR akan ditutup ketika kita tiba disana"
That's it

Sembalun itu apa?
Sembalun sudah terkenal di kalangan backpacker maupun flashpacker. Sembalun, sebuah desa yang berada di Lombok Timur yang terkenal dengan pintu masuknya untuk menuju ke puncak Gunung Rinjani. Pintu pendakian Gunung Rinjani itu ada 3 (yang resmi) yaitu di Sembalun, Senaru, dan Timbanoh (jalur baru). Nah, waktu itu kita pilih Sembalun untuk tempat awal pendakian. Pendaki memang biasanya memulai pendakian dari sembalun dan lalu turun di senaru.

Kalau mau ke sembalun naik apa?
Kalau kita kemarin naik mobil sewaan dari bandara. Untuk menuju Sembalun dari bandara, kita membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam sudah termasuk istirahat solat, makan, dll, itu kalau lewat senaru, kalau lewat jalur lain (aikmal atau mas bagik) bisa lebih singkat waktu tempuhnya. Kalau sewaktu-waktu kalian mau naik mobil sewaan juga, pastikan kalian tidak ke Sembalun lewat Senaru. karena itu memakan waktu yang lama! Lebih cepat kalau kalian lewat Aikmal atau Mas Bagik.

note: mobil sewaan cost IDR 500K.... Angkutan umum di Lombok itu relatif sedikit. sedikit banget malah -__- jadi kita yang buta akan lombok pun kaget menerima kenyataan pahit ini. hiks.

So, lebih baik kalian naik angkutan umum. Alurnya Bandara-Mataram (via elf) Mataram-aikmal (via engkel) Aikmal-Sembalun (via mobil pick up). untuk lebih jelasnya kalian bisa liat DISINI. Jauh lebih murah tapi waktu tempuhnya bisa 5-6 jam.

Sembalun itu seperti apa?
Desa kecil dengan orang-orang yang ramah. Akses kesana lumayan nyaman karena jalan aspalnya yang haluus hehe. Cukup sulit untuk mencari tempat makan murah karena hanya ada 2 tempat makan yang kita temukan. yang satu adalah tempat makan yang menjual 1 porsi mie instan dengan harga IDR 15K dan satu lagi tempat makan yang menjual 1 porsi mie instan dengan harga IDR 6K. perbedaan yang sangat jauuh kawan. hehe 

Warung dengan mie instan seharga 6.000 tepat di sebelah kantor TNGR
Kalau mau menginap disana gimana? 
Wah gampang! di kantor kementrian kehutanan ini juga menyediakan kamar kamar yang biasa dipakai pendaki untuk bermalam di sembalun. tapi untuk harga une ndak tahu, karena waktu itu kita bermalam di salah satu rumah warga karena lagi-lagi tidak tahu tentang informasi kamar inap yang disediakan TNGR. sepertinya lebih murah, atau bahkan gratis. 

Jadi, kamu disana ngapain aja ne?
Hm... jadi gini...
Menurut jurnal yang une tulis *ea, kita tiba di sembalun itu sekitar pukul 2 siang. dan kita pun berkeliling sembalun untuk cari tempat menginap dengan kondisi yang tidak tahu menahu tentang kamar inap TNGR. ada yang menawarkan kamar dengan harga sewa 350-500 rb per malam. wow. harga yang fantastis untuk ukuran backpacker macam kita haha. untungnya kita dibantu oleh anak buah amak tuti (tour guide Gunung Rinjani), kita ditawarkan menginap di salah satu rumah kawannya dengan harga IDR 250K per malam. Menurut orang tua une sih mungkin ini harga yang agak menguntungkan. cuman kalau sekiranya une kesini sama temen-temen... ya tekor juga ya.... hehe jadi mungkin memang pilihan yang tepat itu adalah bermalam di kamar kantor TNGR.

Setelah dapat rumah inap, bapak dan ibu masih keukeuh mencari cara gimana supaya kita bisa tetap naik ke Gunung Rinjani. Konsultasi dengan tour guide lokal, porter, dan pihak polhut pun di lakukan. Tapi sepertinya rayuan bapak dan ibu tidak bisa diterima oleh pihak TNGR. Hal ini karena ada kasus baru yang terjadi ketika TNGR ditutup dan ada 7 pendaki yang tetap nekat naik lewat jalur ilegal dan akhirnya 6 orang dari mereka tewas dan 1 orang selamat dan berhasil melapor kepihak polhut. wiiii... ngerii. 

Karena rayuannya gagal, akhirnya kita memutuskan untuk tidur dan beristirahat untuk persiapan kegiatan besok yang entah apa... diluar rencana kan kita nggak jadi naik. Jadi lumayan bingung juga waktu itu
"Jadi, kita mau kemana nih?" 
dan pertanyaan itu pun berlanjut sampai keesokan harinya. 


30 Januari 2015 [05.30] 

Pagi itu masih gelap. Berbeda dengan Bogor ataupun Jakarta yang mungkin mataharinya sudah menyunginggkan senyuman. 

Setelah selesai beribadah dan menyantap minuman hangat, kita pun langsung mengepak barang-barang ke dalam carrier lagi. 
Ritual pagi sudah dilakukan dan wuzzz... kita harus buru-buru 'check out' dari tempat ini sebelum di usir sama yang punya haha. 

dan yang kita lakukan adalah.... mendekam di kantor TNGR, berfoto ria dengan papan yang memamerkan keindahan puncak Rinjani yang menggiurkan. selain itu kita juga membeli buah tangan berupa gelang bertuliskan RINJANI untuk sekedar menghibur diri. 


Foto sudah, beli buah tangan sudah... pertanyaan "Jadi kita mau kemana?" pun timbul lagi.

Karena setiap orang punya opini nya masing-masing tentang "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya" terjadilah percekcokan yang lumayan panas. Bapak ingin ke timbanoh untuk memeriksa apakah bisa mendaki dari pintu sana? une mengusulkan ke mataram dan bermalam di rumah kerabat bapak disana, ibu mau ke aikmal dulu dan baru memutuskan apakah akan ke mataram dulu atau ke timbanoh.... 

-bersambung-

XOXO -unemenel-

You Might Also Like

0 comments

SUBSCRIBE


unemenel

unemenel