TRAVELS

Timbanoh

6:39 pm



Lombok, tempat yang sama sekali tidak terbayang bakal une kunjungi. Keluar pulau.. men... awalnya penasaran gitu ya gimana rasanya keluar pulau haha. Tapi ya karena pas nyampe di Lombok kaki une masih napak jadi kerasa kaya di tanah Jawa aja wkwk. Perasaan yang timbul pertama kali ketika menginjakkan kaki di tanah Lombok adalah. "OK, bule disini banyak banget hahaha". Mungkin lebih banyak di Bali kali ya.

Une termasuk orang udik yang ketika ngeliat bule bawaannya pengen kenalan dan ngajak ngobrol, yaa paling nggak nanya "what's your name?" aja lah gpp wkwk. Pokoknya di otak tuh udah ada rencana ingin mendapat teman bule di Lombok gitu. Tapi sama bapak gak boleh, beliau bilang

"apaan sih, mereka juga manusia biasa, gausah lebay gitu deh liat bule" 
JEDER *mengurungkan niat*

Percakapan aneh yang une sendiri bingung mau jawab apa hahaha. Sepertinya lain kali kalo punya ide aneh gausah bilang siapa-siapa kecuali ke orang yang sama-sama aneh. wkwk (ampun bapak)

30 Januari 2015 [11.58 WITA]

Oh iya, di post yang kemarin, une cerita kalau kita pergi ke Sembalun naik mobil sewa yang ternyata mahal dan gajadi naik gunung kemudian terjadi percekcokan yang panas tentang itinerary.
yeah.. setelah percakapan yang cukup panjang dan memakan waktu (sekitar 4 jam) akhirnya kita memutuskan untuk lanjut pergi ke Timbanoh dengan niat ingin berkemah, bukan naik gunung. Deal-nya sih supaya seenggaknya kita merasakan malam bernuansa hutan di Lombok. Karena semua personil setuju, kita pun mencari cara untuk kesana.

Ada 2 pilihan waktu itu (SEMBALUN-TIMBANOH)

  1. Nunggu mobil pick up (angkutan umum daerah sembalun) yang menuju aikmal. [cost: 20.000/orang] dan sesampainya di aikmal, cari mobil pick up lain yang menuju timbanoh [cost:20.000/orang]. Karena kita berlima, Totalnya jadi 200.000. 
  2. Naik mobil pick up Pak Andri langsung ke Timbanoh tanpa harus pindah mobil di aikmal [cost: 200.000]
Karena setelah dihitung pengeluaran kedua pilihan itu sama, maka kita pilih nomor 2 karena lebih menguntungkan [sebab kita nggak perlu naik turun pindah mobil atau nunggu-nunggu mobil lain hehe]. Dan perjalanan ke Timbanoh pun dimulai pukul 11.58 WITA


Bapak semangat banget mendokumentasikan segala pemandangan dari mobil pick up
Naik mobil pick up adalah sesuatu yang selalu bikin semangat... meski pun panas, mobil pick up itu tetap menyenangkan. cung yang setuju! hehe
Kita sekeluarga menikmati momen-momen mobil pick up itu. Masing-masing sibuk dengan kamera untuk motret sana sini. Ada yang pake kamera pocket, ada yang pake kamera hp.
Banyak banget hal-hal yang kita rasain dalam perjalanan menuju Timbanoh

Pertama-tama kita ngeliat desa yang rameeee banget karena baru aja ada warganya yang meninggal.

Kedua, kita disambut ceria oleh seorang warga dari Desa Entah-Apa-Namanya. Dia semangat banget manggil kita.
"CINTA ALAM!!" (nyengir)
dan kita semua pun ketawa karena tingkahnya yang kacau itu wkwk.

Ketiga, kita ngerasain pusing karena jalan menuju ke Timbanoh itu muter-muter banget!! mungkin karena kita jalan di punggungan gunung kali ya, jadi agak ekstrem gitu belokan dan naik turunnya.

Keempat, kita bisa ngerasain kehujanan di atas mobil pick up. dan hujannya itu deres banget! hahaha sampe sampe kita berasa ada di kolam ikan gitu soalnya kan airnya ngecembeng dimana-mana. ngecembeng... tau kan ngecembeng itu apa? bahasa indonesianya apa ya -_-  huhu. oh iya dan zonk-nya lagi, buku jurnal une ga sengaja jatoh dan terendam. duh :'( untung masih bisa kebaca guys. tapi bentuknya sekarang jadi keriting gitu deh. dan karena bukunya terendam... untuk beberapa hari kedepan une nggak bisa nulis jurnal karena bukunya harus dijemur.

Setelah berbagai hal kita rasakan, akhirnya kita pun sampai di pintu pendakian timbanoh. Bentuknya pintu pendakian itu diluar perkiraan kita. Ternyata disana nggak ada camping ground, jadi kalau mau camping, kita harus masuk ke wilayah TNGR dan camping di post pendakian. Awalnya kita nggak boleh camping, karena kalau mau nge-camp berarti kita harus masuk ke wilayah TNGR, sementar saat itu TNGR ditutup.

Foto dulu sama (gambarnya) Segara Anak 
Lagi-lagi bapak bernegosiasi sama penjaga-nya. Namanya Mas Edi, beliau ini mahasiswa semester akhir dari Mataram yang memang bertempat tinggal di Timbanoh. Karena Mas Edi kasian sama kita yang sudah jauh-jauh dari Jakarta, mungkin dia tersentuh dan mengizinkan kita masuk ke wilayah TNGR.
"Tapi nanti nge-camp nya jangan di post satu ya pak, soalnya disitu rawan longsor, di sebelum pos satu juga jangan, karena hujannya lumayan lebat kalau disitu, jadi bapak lebih baik buka tenda di pos dua atau sebelum pos dua, pemandangannya juga udah lumayan pak" -Mas Edi-
Adekku, Hamas, yang tidak memperhatikan percakapan tadi ngiranya kita tetep bakal nekat naik gunung. Dan dia pun ngambek + nangis karena takut untuk masuk ke wilayah TNGR gara-gara cerita 7 orang bernasib malang itu. Meski ibu bilang kita nggak akan naik gunung dan hanya camping di pos dua, Hamas tetep ngambek dan gamau bawa tas 40 liternya. Akhirnya bapak deh yang bawain, jadi bapak bawa dua tas, satu daypack dan satu carrier. wih.

Sekitar + 30 menit kita jalan, akhirnya kita sampai di DAM, karena daerah sekitar DAM itu lumayan lapang (dan karena kita kelaparan) akhirnya kita memutuskan untuk berhenti sejenak untuk mengisi perut dan juga mensuplai air ke dalam botol masing-masing. Tapi tiba-tiba ketika kita lagi santai-santai masak, ada bapak-bapak yang berperawakan lumayan besar datang menghampiri kita.
(sambil ngos-ngosan) "Selamat sore ibu, bapak, saya dari pihak polhut nih kebetulan hehe, sekeluarga ya pak ini, duh saya lari tadi dari bawah untuk ngejar rombongan bapak, mau makan ya pak? yah silahkan makan dulu"
Selagi kita makan, bapak polhut (polisi hutan) ini menjelaskan ke kita bahwa kita ini benar-benar tidak boleh memasuki wilayah TNGR selama penutupan ini. Berkali-kali beliau meminta maaf karena kita tidak bisa berada di wilayah ini meskipun hanya untuk berkemah, beliau bilang ini bersangkutan dengan pekerjaannya jika sampai ada pendaki yang nekat memasuki wilayah TNGR.
"Kebetulan hari ini saya yang piket nih pak, saya nggak enak sama rekan saya yang lain. ini saya bisa ngejar bapak juga karena dapat info dari rekan yang di Sembalun bahwa bapak menuju kesini" 
Duar.. ternyata kita menjadi orang-orang yang penuh pengawasan. wkwk.. setelah bapak yang ternyata namanya Suparman ini menguliahi kami dengan kata-kata halus, beliau meminta foto kami ber 5 untuk dikirim ke rekan-rekan Sembalun dan Senaru sebagai bukti bahwa kita tidak jadi memasuki wilayah TNGR. Selama 'diusir' kita sih ketawa ketiwi aja wkwk. pas difoto juga gayanya mantep banget. Sayangnya une gagal minta foto itu ke Beliau karena terlampau takut.

Yah... jadi kita turun lagi deh ke tempat semula :(
Dengan perasaan bingung kita pun turun. Sesampainya dibawah, kita disuguhi kopi lombok yang enaaak banget. bahkan ampasnya pun enak. serius deh. kopinya dibuat sendiri sama masyarakat Lombok daerah Timbanoh, di sangrai katanya. Cukup untuk menghibur diri dari kegagalan haha.
Lagi-lagi kita harus bermusyawarah tentang "Mau kemana kita sekarang?" dan akhirnya tim pun setuju dengan ide une untuk pergi ke mataram dan bermalam di rumah sepupunya bapak, Om Bowo.

Dari Timbanoh ke Mataram memang naik apa ne?
Kita harus cari mobil pick up lagi nih ke arah Mas Bagik. Lalu dari Mas Bagik kita sambung lagi dengan kendaraan ke arah Mataram. Butuh waktu kurang lebih 3 jam untuk bisa sampai ke Mataram.
[cost: 30.000/orang]

Sesampainya di Mataram, kita pun langsung mencari alamat rumah Om Bowo menggunakan google map. Kebetulan rumah itu sekarang kosong karena Om Bowo sudah pindah ke Semarang dan kuncinya dititipkan ke rumah sebelah, jadi aman :)

Capek fisik dan capek hati banget hari itu hahaha. udah mah gajadi camping, ketangkep polisi hutan, kebanjiran di atas mobil pick up. Sesampainya dirumah pun akhirnya kita cuma bisa bikin-bikin kopi dan susu, saking capeknya....

- bersambung -
XOXO -unemenel-

You Might Also Like

1 comments

  1. unee foto2nya mana lagii pengen liaat :D
    asyik banget yaa bisa adventure sekeluarga. keluarga aku sih mana bisa.. si mamah diajak maen deket doang bilangnya cape -_-

    ReplyDelete

SUBSCRIBE


unemenel

unemenel